Minggu, 26 Juli 2009

seng paling kiri simbah







dari kiri:

m.simbah, john lenon,doyok, ari daging






MUHAMMAD YUSUF

A 310 060 251

MIKRO TEACHING SEBUAH PENGANTAR

Berpikir Tentang Apa Yang Akan Diperbuat.

Awal pertemuan matakuliah mikro teaching saya tidak masuk, saat itu hari pertama masing masing kelas masuk dengan kondisi kelompok. Kebetulan kelompok saya masuk hari jimat jam pertama. Awalnya saya menganggap mikro teaching hanyalah sebuah pelajaran biasa, dimana setiap mahasiswa hanya mendengarkan ceramah, mendapat tugas, dan mengerjakan sosl sosl. Namun ketika pertama kali di kelas saya, kebetulan saya mendapatkan giliran yang ertama untuk menjadi seorang guru. Awalnya saya berasumsi bahwa mengajar merupakan sebuah kegiatan dimana guru hanya berbicara di depan kelas.

Namun ketika praktik mikro teaching semuanya terjawab dengan jelas. Bahwa ketika mengajar merupakan kegiatan yang terkonsep secara sistematis mulai dari perencanaan yang meliputi pemilihan standar kompetensi dan kompetensi dasar kemudian penentuan indikator, pengembangan materi ajar, pemilihan media pengajaran, metode penyampaian materi, serta efaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pencapaian indikator yang telah ditentukan melalui alat ukur berupa nilai nilai yang menjadi ukuran secara konfensional berdasarkan persoalan yang berkaitan dengan materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

Sebagai sebuah kesimpulan, matakuliah mikro teching merupakan sebuah pembelajaran yang bertujuan untuk menciptakan sebuah Susana dimana setiap mahasiswa fkip khususnya program setudi bahasa sastra Indonesia dan daerah memiliki kompetensi sebagai seorang pengajar yang bisa memahami konsep ( kurikulum ) dan mengimplementasikannya kedalam sebuah kegiatan pengajaran yang dikolaborasikan dengan metode pengajaran serta penyampaian materi ajar, hingga sampai pada tahap efaluasi dan penilaian. Semua itu dilakukan sebagai sebuah cara yang dilakukan guna mencapai tujuan pembelajaran yang berlanjut pada tujuan pendidikan pada umumnya .

Bagi saya pendidikan adalah sebuah kendaraan, peserta didik adalah penumpang. Kurikulum yang didalamnya terdapat standar kompetensi serta kompetensi dasar adalah jalan, dan guru adalah drifer, tugas seorang guru sebagai seorang pemegang kendali kendaraannya yang didalamnya memuat peserta didik sampai pada tujuan yang hendak dicapai.

Ada kalanya sebagai seorang yang memegang kendali harus berbelok arah, kanan, kiri serta melalui berbagai medan. Naik, turun, bergelombang, semuanya harus ditempuh seorang guru dalam mengendalikan jalannya proses pengajaran. Sebagai seorang pengemudi kendaraan, seorang guru harus memahami karakteristik yang dimiliki penumpangnya, kadang seorang penumpang merasa takut ketika melihat tanjakan serta jalan yang menurun terjal, namun ada pula yang bangga. Seorang guru harus memahami dan menghormati perbedaan kemampuan yang dimiliki peserta didik, namun bukan berarti membeda bedakan perlakuan kepada mereka. Seorang guru harus menciptakan sebuah simbiosis dari masing masing siswa yang memiliki karakteristik berbeda dalam sebuah kompetisi kompetensi pembelajaran.

Guru yang bijak harus mampu mengendalikan kendaraannya supaya tidak rusak, tergelincir, serta menabrak hingga mengakibatkan lukanya penumpang bahkan kematian. Seorang guru harus bisa mengambil sikap dengan cepat dan tepat, jangan sampai sikap yang diambil malah merusak sebuah proses belajar mengajar, jangan sampai sikap yang di pilih membuat proses yang sedang berjalan keluar dari sistematika proses menuju tujuan yang hendak dicapai, jangan sampai sikap yang diambil seorang guru malah membenturkan kenyataan dengan teori yang diajarkan hanya karena kekeliruan dalam memberikan pengajaran, dan jangan sampai sikap yang diambilseorang guru malah membunuh karakter yang dimiliki seorang siswa.

Begitu banyaknya hal yang saya dapatkan dari pembelajaran kelas mikro teching. Seperti telah saya sebut di atas, sebagai sebuah tahap akhir bagi saya bahwa pembelajaran mikro teching merupakan sebuah pengantar, yang mengantarkansaya untuk berbuat, bukan sekedar meratap. Untuk untuk membuat, bukan untuk membuat buat. Serta yang paling saya renungkan sampai saat ini adalah mencari bukan untuk diri, memberi bukan karena lebih, serta mengangkat dan mengantarkan bukan karena ringan dan dekatnya tujuan yang hendak di capai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.